KONSEP
KEPERAWATAN DEWASA
Masa dewasa awal dan tengah adalah
periode yang penuh tantangan, penghargaan dan krisis. Tantangan ini meliputi
tuntunan kerja dan membentuk keluarga, meskipun orang dewasa juga dapat diberi
penghargaan karena kesuksesan karier mereka dan kehidupan pribadi mereka. Orang
dewasa juga menghadapi krisis seperti merawat orang tua mereka yang telah
lanjut usia. Kemungkinan kehilangan pekerjaan dengan berubah lingkungan ekonomi
dan menghadapi kebutuhan perkembangan mereka sendiri seperti juga kebutuhan
anggota keluarga mereka.
Perkembangan kedewasaan mencakup
perubahan yang teratur dan dalam karakter dan sikap perubahan perkembangan
berdasarkan karakter awal yang membantu membentuk perilaku dan karakteristik
selanjutnya. Perkembangan setiap orang, bagaimanapun, merupakan sebuah proses
yang unik (Haber et al,1992). perubahan itu dialami oleh dewasa awal termasuk
prose salami maturasi dan sosialisasi. Dewasa awal melewati periode pergantian
stabilitas dan perubahan. Selama masa periode stabilitas, mereka membuat
beberapa pilihan dan membangun struktur di sekeliling mereka. Dalam periode
perubahan, mereka mengefaluasi kembali pilihan ini dan mempertimbangkan
alternative baru (Erickson,1968,1982).
Masa dewasa awal adalah periode
antara remaja akhir dan pertengahan sampai akhir 30-an(Edelman N magle,1994).
Dewasa awal kira 26% dari populasi. Selama masa dewasa awal idividu semakin
terpisah dari keluarga asal mereka, membangun tujuan karier dalam memutuskan
apakah akan menikah dan memulai sebuah keluarga atau tetap sendiri. Dewasa awal
ini aktif dan harus beradaptasi dengan pengalaman baru. Transisi menjadi ke
usia pertengahan terjadi ketika orang muda menjadi sadar bahwa perubahan dalam
kemampuan reproduksi dan fisik menandakan dimulainya tahap yang lain dalam
kehidupan. Usia baya adalah waktu transisi lanjutan ketika individu
memperhitungkaan tujuan hidupnya dan menambahkan tujuan baru. Pada tahun 1990,
hamper 84 juta orang di AS berusia antara 35 dan 64, atau kira-kira 34% dari
populasi AS adalah dewasa usia baya (US. Dept. Of Commerse,1992).
Seorang dikatakan mencpai Maturitas ketika mereka sudah menapai
keseimbangan pertumbuhan psikologis, psikososial, dan kognitif. Individu yang
matur meresa nyaman dengan kemampuan, pengetahuan, dan respon yang telah mereka
kembangkan selama bertahun-tahun. Mereka melihat dunia dengan pandangan yang
luas, berdasarkan paduan penglihatan, emosi, dan imajinasi mereka menghadapi
masalah yang dapat dipecahkan tapi mengenali dan belajar untuk hidup dengan
masalah yang tidak terpecahkan.
Orang-orang yang matang terbuka
untuk menerima saran dan kritik yang membangun tanpa kehilangan kepercayaan
diri. Mereka mempertimbangkan masukan dan rekomendasi orang lain ketika membuat
keputusan tetapi tidak terlalu terpengaruh atau terintimidasi oleh orang lain.
Diatas semua itu, orang yang matur berkembang dengan belajar dari diri sendiri
atau pengalaman orang lain.
Karakteristik lain dari maturitas
dikaitkan dengan komunikasi dan berperilaku interpersonal. Orang yang matur
mengakui kelebihan dan kekurangan. Dewasa matur menghadapi tugas secara
terbuka, menggunakan tekhink pembuatan keputusan untuk memecahkan masalah dan
perbuatan mereka dapat diperhitungkan dan
dipertanggungjawabkan.
Merupakan pandangan dasar tentang
hakekat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam
praktik keperawatan. Hakekat manusia yang dimaksud disini adalah manusia
sebagai makhluk biologis, psikologis, sosial dan spiritual, sedangkan esensinya
adalah falsafah keperawatan yang meliputi :
Memandang bahwa pasien sebagai
manusia yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik
kebutuhan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang diberikan secara
komprehensif dan tidak bisa dilakukan secara sepihak atau sebagian dari
kebutuhannya.
1. Bentuk pelayanan keperawatan yang
diberikan harus secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan.
2. Setiap orang berhak mendapatkan
perawatan tanpa memandang perbedaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan
ekonomi.
3. Pelayanan keperawatan tersebut
merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat
bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri.
4. Pasien adalah mitra yang selalu
aktif dalam pelayanan kesehatan, bukan seorang penerima jasa yang pasif.
Paradigma keperawatan sebagai
pandangan fundamental tentang persoalan dalam suatu cabang ilmu
pengetahuan(Masterman,1970).
Paradigma sebagai suatu perangkat
bantuan yang memiliki nilai tanggi dan sangat menentukan bagi penggunanya untuk
dapat memiliki pola dan cara pandang dasar kas dalam memikirkan,memyikapi dan
memilih tindakan mengenai suatu kenyataan atau fenomena kehidupan manusia.
Ritzer dalam zamroni, membuat pengertian tentang paradigma
yaitu pandangan yang mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi
pokok persoalan yang semestinya dipelajari oleh salah satu cabang atau disiplin
ilmu pengetahuan. Dari pengertian ini dapat disimpulkan, dalam suatu cabang
ilmu pengetahuan dimungkinkan terdapat beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan
terdapatnya beberapa komunitas ilmuwan yang masing-masing berbeda titik
pandangnya tentang apa yang menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya
dipelajari dan diteliti oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut. (ahmad sihabudin
dalam Jurnal Kampus Tercinta, 1996 : 43).
Paradigma keperawatan menurut Gaffar, 1997, adalah cara
pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna,
mmenyikapi dan memilih tindakanterhadap berbagai fenomena yang ada dalam
keperawatan. Dengan demikian paradigma keperawatan berfungsi sebagai acuan atau
dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan yang bersifat professional.
Penjelasan paradigma fakta sosial berasal dari pendapat
Durkheim. Fakta sosial dianggap sebagai barang sesuatu yang berbeda dengan ide
yang menjadi obyek penyelidikan seluruh ilmu pengetahuan dan tidak dapat
dipahami melalui kegiatan mental murni. Tetapi untuk memahaminya diperlukan
penyusunan data riil di luar pemikiran manusia. Fakta sosial ini terdiri atas
dua jenis, yaitu :
1.
Bentuk
material, berupa barang sesuatu yang dapat dilihat, ditangkap dan diobservasi,
2. Dalam bentuk non material, merupakan
fenomena yang terkandung dalam diri manusia hanya muncul dalam kesadaran
manusia (zamroni, 1992:24). Penjelasan paradigma definisi sosial bersumber dari
karya Weber yang konsepsinya tentang fakta sosial sangat berbeda dengan konsep
Durkheim. Weber tidak memisahkan antara struktur sosial dengan pranata sosial
karena keduanya sama-sama membantu untuk membentuk tindakan manusia yang penuh
makna (Zamroni, 1992 : 53)
1. Konsep manusia
Komponen
ini merupakan komponen pertama sebagai salah satu fokus dari pelayanan
keperawatan.manusia bertindak sebagai klien dalam konteks paradigma keperawatan
ini bersifat individu, kelompok dan masyarakat daam suatu sistem. Sistem
tersebut dapat meliputi:
1)
Sistem
terbuka, manusia
dapat mempengaruhi dan di paengaruhi oleh lingkungan baik
fisik,psikologis,sosial maupun spiritual sehingga proses perubahan pada manusia
akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan dasar.
2)
sistem
adaptif, manusia
akan merespon terhadap perubahan yang ada di lingkungannya yang akan selalu
menunjukkan perilaku adaptif dan maladaftif.
3)
Sistem
personal, interpersonal dan social, manusia memiliki persepsi, pola kepribadian dan tumbuh
kembang yang berbeda.
2.
Konsep
keperawatan
Konsep
ini adalah suatu bentuk peleyanan kesehatan yang bersifat profesional dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia yang dapat ditunjukkan kepada individu,keluarga
atau masyarakat dalam rentang sehat sakit.dengan demikian konsep ini memandang
bahwa bentuk pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien dalam bentuk
pemberian asuhan keperawatan adalah dalam keadaan tidak mampu,tidak mau dan
tidak tahu dalam proses pemenuhan kebutuhan dasar.
3.
Konsep
sehat sakit
Komponen
ini memandang bahwa keperawatan itu bahwa bentuk pelayanan yang diberikan pada
manusia dalam rentang sehat sakit.
Konsep
Sehat (Travis and Ryan, 1998)
·
Sehat
merupakan pilihan, suatu pilihan dalam menentukan kesehatan
·
Sehat
merupakan gaya hidup, disain gaya hidup menuju pencapaian potensial tertinggi
untuk sehat
·
Sehat
merupakan proses, perkembangan tingkat kesadaran yang tidak pernah putus,
kesehatan dan kebahagiaan dapat terjadi di setiap momen, ”here and now.”
·
Sehat
efisien dalam mengolah energi, energi yang diperoleh dari lingkungan,
ditransfer melalui manusia, dan disalurkan untuk mempengaruhi lingkungan
sekitar.
·
Sehat
integrasi dari tubuh, pikiran dan jiwa, apresiasi yang manusia lakukan,
pikirkan, rasakan dan percaya akan mempengaruhi status kesehatan.
·
Sehat
adalah penerimaan terhadap diri.
a. Rentang sehat
Rentang ini diawali dari status
kesehatan sehat normal,sehat sekali dan sejahtera. Dikatakan sehat bukan hanya
bebas dari penyakit akan tetapi juga meliputi aspek fisik,emosi,sosial dan
spiritual.maka dapat diketahui karakteristik sehat sebenarnya adalah: pertama,
memiliki kemampuan merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia;kedua,
memiliki pandangan terhadap sehat dalam konteks lingkungan; dan ketiga,
memiliki hidup yang kreatif dan produktif keyakinan terhadap kesehatan adalah
pendapat, keyakinan, dan sikap seseorang terhadap sehat dan sakit. Keyakinan
terhadap kesehatan didasarkan informasi yang faktual/kesalahan informasi, pikiran
sehat/mitos, dan kenyataan atau harapan yang salah. Karena keyakinan terhadap
kesehatan biasanya mempengaruhi perilaku sehat, maka keyakinan tersebut dapat
berpengaruh secara positif/negatif terhadap tingkat kesehatan klien.
Keyakinan klien terhadap kesehatan
bergantung pada beberapa faktor antara lain persepsi tentang tingkat sehat,
faktor-faktor yang dapat di modifikasi seperti demografi(misal jenis dan tempat
perumahan), kepribadian, dan persepsi terhadap keuntungan yang dapat diperoleh
dari perilaku sehat yang positif.
Faktor pengaruh stasus kesehatan,
antara lain:
1) Perkembagan
Status kesehatan dapat dipengaruhi
oleh faktor perkembangan yang mempuyai arti bahwa perubahan status kesehatan
dapat ditentukan oleh faktor usia.
2) Sosial
dan Kultural
Hal ini dapat juga mempengaruhi
proses perubahan bahan status kesehatan seseorang karena akan mempengaruhi
pemikiran atau keyakinan sehingga dapat menimbulkan perubahan dalam perilaku
kesehatan.
3) Pengalaman
Masa Lalu
Hal ini dapat mempegaruhi perubahan
status kesehatan,dapat diketahiu jika ada pengalaman kesehatan yang tidak
diinginkan atau pengalamam kesehatan yang buruk sehingga berdampak besar dalam
status kesehatan selanjutya.
4) Harapan
seseorang tentang dirinya
Harapan merupakan salah satu bagian
yang penting dalam meningkatkan perubahan status kesehatan kearah yang optimal.
5) Keturunan
Keturunan juga memberikan pengaruh
terhadap status kesehatan seseorang mengingat potensi perubahan status
kesehatan telah dimiliki melalui faktor genetik.
6) Lingkungan
Lingkungan yang dimaksud adalah
lingkungan fisik.
7) Pelayanan
Pelayanandapat berupa tempat
pelayanan atau sistem pelayanan yang dapat mempengaruhi status kesehatan
b. Rentang sakit
Rentang
ini dimulai dari keadaan setengah sakit,sakit,sakit kronis dan kematian.
Tahapan proses sakit
1) Tahap
gejala
Merupakan tahap awal seseorang
mengalami proses sakit dengan ditandai adanya perasaan tidak nyaman terhadap
dirinya karena timbulnya suatu gejala.
2) Tahap
asumsi terhadap sakit
Pada tahap inin seseorang akan
melakukan interpretasi terhadap sakit yang di alaminya dan akan merasakan
keraguan pada kelainan atau gangguan yang di rasakan pada tubuhnya.
3) Tahap
kontak dengan pelayanan kesehatan
Tahap ini seorang mengadakan
hubungan dengan pelayanan kesehatan dengan meminta nasehat dari profesi
kesehatan.
4) Tahap
penyembuhan
Tahap ini merupakan tahapan terakhir
menuju proses kembalinya kemampuan untuk beradaptasi,di mana srsrorang akan
melakukan proses belajar untuk melepaskan perannya selama sakit dan kembali
berperan seperti sebelum sakit.
4.
Konsep
lingkungan
Paradigma
keperawatan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang bahwa lingkunan
fisik,psikologis ,sosial, budaya dan spiritual dapat mempengaruhi kebutuhan
dasar manusia selama pemberian asuhan keperawatan dengan meminimalkan dampak
atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga tujuan asuhan keperawatan dapat
tercapai.
D.
Dewasa Awal
Masa
perkembangan dewasa muda atau remaja akhir ditandai dengan keinginan
mengaktualisasikan segala ide pikiran yang dimatangkan selama mengikuti
pendidikan tinggi. Mereka bersemangat untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi
yang tinggi. Karena itu. Mereka berlomba dan bersaing dengan orang lain guna
membuktikan kemampuannya. Segala daya upaya yang berorientasi untuk mencapai
keberhasilan akan selalu ditempuh dan diikuti. Sebab dengan keberhasilan itu.
Ia akan meningkatkan harkat dan martabat hidup mereka di mata orang lain untuk
itu akan dibahas hal-hal yang mengenai pandangan beberapa teori tentang
perkembangan pada masa remaja.
1. Ciri-ciri
Masa Dewasa Awal
Masa
dewasa dini adalah masa awal seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap
pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini,
seseorang dituntut untuk memulai kehidupannya memerankan peran ganda seperti
peran sebagai suami/isteri dan peran dalam dunia kerja (berkarir).
Masa
dewasa dini dikatakan sebagai masa sulit bagi individu karena pada masa ini
seseorang dituntut untuk melepaskan ketergantungannya terhadap orang tua dan
berusaha untuk bias mandiri. Di bawah ini ada 10 ciri-ciri masa dewasa dini
yaitu;
a. Masa Pengaturan (settle down)
Pada
masa ini seseorang akan “mencoba-coba” sebelum ia menentukan mana yang sesuai,
cocok, dan memberi kepuasan permanen. Ketika ia sudah menemukan pola hidup yang
diyakini dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, ia akan mengembangkan pola-pola
prilaku, sikap, dan nilai-nilai yang cenderung akan menjadi kekhasannya selama
sisa hidupnya.
b. Masa Usia Produktif
Dinamakan
sebagai masa produktif karena pada rentang usia ini adalah masa-masa yang cocok
untuk menentukan pasangan hidup, menikah, dan berproduksi/menghasilkan anak.
Pada masa ini organ reproduksi sangat produktif dalam menghasilkan individu
baru (anak)
c. Masa Bermasalah
Masa
dewasa dini dikatakan sebagai masa yang sulit dan bermasalah. Hal ini
dikarenakan seseorang harus mengadakan penyesuaian dengan peran barunya
(perkawinan VS pekerjaan). Jika ia tidak bias mengatasinya maka akan
menimbulkan masalah. Ada 3 faktor yang membuat masa ini begitu rumit yaitu; Pertama, individu tersebut kurang
siap dalam menghadapi babak baru bagi dirinya dan tidak bisa menyesuaikan
dengan babak/peran baru tersebut. Kedua,
karena kurang persiapan maka ia kaget dengan 2 peran/lebih yang harus
diembannya secara serempak. Ketiga,
ia tidak memperoleh bantuan dari orang tua atau siapapun dalam menyelesaikan
masalah.
d. Masa Ketegangan Emosional
Ketika
seseorang berumur duapuluhan (sebelum 30-an), kondisi emosionalnya tidak
terkendali. Ia cenderung labil, resah, dan mudah memberontak. Pada masa ini
juga emosi seseorang sangat bergelora dan mudah tegang. Ia juga khawatir dengan
status dalam pekerjaan yang belum tinggi dan posisinya yang baru sebagai orang
tua. Maka kebanyakan akan tidak terkendali dan berakhir pada stress bahkan
bunuh diri. Namun, ketika sudah berumur 30-an, seseorang akan cenderung stabil
dan tenang dalam emosi.
e. Masa Keterasingan Sosial
Masa
dewasa dini adalah masa dimana seseorang mengalami “krisis isolas”, ia
terisolasi atau terasingkan dari kelompok sosial. Kegiatan social dibatasi
karena berbagai tekanan pekerjaan dan keluarga. Hubungan dengan teman-teman
sebaya juga menjadi renggang. Keterasingan diintensifkan dengan adanya semangat
bersaing dan hasrat untuk maju dalam berkarir.
f. Masa Komitmen
Pada
masa ini juga setiap individu mulai sadar akan pentingnya sebuah komitmen. Ia
mulai membentuk pola hidup, tanggungjawab, dan komitmen baru.
g. Masa Ketergantungan
Pada
awal masa dewasa dini sampai akhir usia 20-an, seseorang masih punya
ketergantungan pada orang tua atau organisasi/instnasi yang mengikatnya.
h. Masa Perubahan Nilai
Nilai
yang dimiliki seseorang ketika ia berada pada masa dewasa dini berubah karena
pengalaman dan hubungan sosialnya semakin meluas. Nilai sudah mulai dipandang
dengan kaca mata orang dewasa. Nilai-nilai yang berubah ini dapat meningkatkan
kesadaran positif. Alasan kenapa seseorang berubah nilia-nilainya dalam
kehidupan karena agar dapat diterima oleh kelompoknya yaitu dengan cara
mengikuti aturan-aturan yang telah disepakati. Pada masa ini juga seseorang
akan lebih menerima/berpedoman pada nilai konvensional dalam hal keyakinan.
Egosentrisme akan berubah menjadi social ketika ia sudah menikah.
i.
Masa
Penyesuaian Diri dengan Hidup Baru
Ketika
seseorang sudah mencapai masa dewasa berarti ia harus lebih bertanggungjawab
karena pada masa ini ia sudah mempunyai peran ganda. (peran sebagai orang tua
dan sebagai pekerja.
j.
Masa
Kreatif
Dinamakan
sebagai masa kreatif karena pada masa ini seseorang bebas untuk berbuat apa
yang diinginkan. Namun kreatifitas tergantung pada minat, potensi, dan
kesempatan.
2.
Tugas
Perkembangan Masa Dewasa Dini
Pada
masa dewasa dini, banyak sekali harapan-harapan yang ditujukan masyakat pada
mereka yang memang berada pada masa ini. Banyak sekali tugas-tugas yang harus
dikembangkan, dan tingkat penguasaan tugas-tugas ini akan sangat mempengaruhi
tingkat keberhasilan mereka ketika sudah berusia setengah baya.
Tugas
perkembangan masa dewasa dini meliputi:
a.
Pekerjaan
Seorang
individu diharapkan sudah mendapatkan suatu pekerjaan yang layak ketika ia
berada pada masa dewasa dini sehingga ia bisa dianggap mampu dan mempunyai
peran atau posisi dalam masyarakat.
b.
Pengakuan Sosial
Masa
ini adalah masa dimana seseorang ingin mendapatkan legalitas dan pengakuan dari
masyarakat/kelompok sekitarnya. Ia menerima tanggungjawab sebagai warga Negara
dan akan bergabung dengan komunitas social yang cocok dengannya.
c.
Keluarga
Pada
masa ini seseorang mulai mencari dan memilih pasangan hidup yang cocok, lalu
menikah, mempunyai anak, kemudian membina rumah tangga. Ia mempunyai peran baru
yaitu sebagai orang tua.
3.
Perkembangan Usia Dewasa Awal
a.
Perkembangan psikososial dewasa awal
Sebagian besar golongan dewasa muda
telah menyelesaikan pendidikan sampai taraf universitas dan kemudian mereka segera memasuki jenjang karier dalam
pekerjaannya. Kehidupan psikososial dewasa muda makin kompleks
dibandingkan dengan masa remaja karena
selain bekerja, mereka akan memasuki kehidupan pernikahan, membentuk
keluarga baru, memelihara anak-anak, dan
tetap hams memperhaukan orang tua yang makin tua. Selain itu, dewasa muda mulai membentuk kehidupan
keluarga dengan pasangan hidupnya, yang telah dibina sejak masa remaja/masa sebelumnya.
Havighurst
(Turner dan Helms, 1995} mengemukakan tugas-tugas perkembangan dewasa muda, di antaranya :
1) Mencari dan
Menemukan Calon Pasangan Hidup
Setelah
melewati masa remaja, golongan dewasa muda semakin memiliki kematangan
fisiologis (seksual) sehingga mereka siap melakukan tugas reproduksi,yaitu
mampu melakukan hubungan seksual dengan lawan jenisnya,asalkan memenuhi
persyaratan yang syah(perkawinan resmi)
2) Membina Kehidupan Rumah Tangga
Papalia,
Olds, dan Feldman (1998; 2001) menyatakan bahwa golongan dewasa muda berkisar
antara 21-40 tahun. Masa ini dianggap sebagai rentang yang cukup panjang, yaitu
dua puluh tahun. Terlepas dari panjang atau pendek rentang waktu tersebut,
golongan dewasa muda yang berusia di atas 25 tahun, umum-nya telah
menyelesaikan pendidikannya minimal setingkat SLTA (SMU-Sekolah Menengah Umum),
akademi atau uni-versitas. Selain itu, sebagian besar dari mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan, umumnya telah memasuki dunia pekerjaan guna meraih karier
tertinggi. Dari sini, mereka mem-persiapkan dan membukukan diri bahwa mereka
sudah mandiri secara ekonomis, artinya sudah tidak bergantung lagi pada orang
tua. Sikap yang mandiri ini merupakan langkah positif bagi mereka karena
sekaligus dijadikan sebagai persiapan untuk memasuki kehidupan rumah tangga
yang baru. Namun, lebih dari itu, mereka juga hams dapat membentuk, membina,
dan mengembangkan kehidupan rumah tangga dengan sebaik-baiknya agar dapat
mencapai kebahagiaan hidup. Mereka harus dapat menyesuaikan diri dan bekerja
sama dengan pasangan hidup masing-masing. Mereka juga hams dapat melahirkan,
membesarkan, mendidik, dan membina anak-anak dalam keluarga. Selain itu, tetap
menjalin hubungan baik dengan kedua orang tua ataupun saudara-saudara.
3) Meniti Karier dalam Rangka
Memantapkan Kehidupan Ekonomi Rumah Tangga
Usai
menyelesaikan pendidikan formal setingkat SMU, akademi atau universitas,
umumnya dewasa muda memasuki dunia kerja, guna menerapkan ilmu dan keahliannya.
Mereka berupaya menekuni karier sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki,
serta memberi jaminan masa depan keuangan yang baik. Bila mereka merasa cocok dengan
kriteria tersebut, mereka akan merasa puas dengan pekerjaan dan tempat kerja.
Sebalik-nya, bila tidak atau belurn cocok antara minat/ bakat dengan jenis
pekerjaan, mereka akan berhenti dan mencari jenis pekerjaan yang sesuai dengan
selera. Tetapi kadang-kadang ditemukan, meskipun tidak cocok dengan latar
belakang ilrnu, pekerjaan tersebut memberi hasil keuangan yang layak {baik),
mereka akan bertahan dengan pekerjaan itu. Sebab dengan penghasilan yang layak
(memadai), mereka akan dapat mem-bangun kehidupan ekonomi rumah tangga yang
mantap dan mapan. Masa dewasa muda adalah masa untuk mencapai puncak prestasi.
Dengan semangat yang menyala-nyala dan penuh idealisme, mereka bekerja keras
dan bersaing dengan teman sebaya (atau kelompok yang lebih tua) untuk
menunjukkan prestasi kerja. Dengan mencapai prestasi kerja yang terbaik, mereka
akan mampu memberi kehidupan yang makmur-sejahtera bagi keluarganya. melakukan
tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan hubung-an seksual dengan lawan
jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah (perkawinan resmi). Untuk
sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin akan ditahan terlebih
dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup yang cocok untuk
dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk kehidupan rumah
tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia, pendidikan, pekerjaan,
atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan hidupnya. Setiap orang
mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
4) Menjadi Warga Negara yang
Bertanggung Jawab
Warga
negara yang baik adalah dambaan bagi setiap orang yang ingin hidup tenang,
damai, dan baliagia di tengah-tengah masyarakat. Warga negara yang baik adalah
warga negara yang taat dan patuh pada tata aturan perundang-undangan yang
ber-laku. Hal ini diwujudkan dengan cara-cara, seperti (1) mengurus dan
memiliki surat-surat kewarganegaraan (KTP, akta kelahiran, surat paspor/visa
bagi yang akan pergi ke luar negeri), (2) mem-bayar pajak (pajak televisi,
telepon, listrik, air. pajak kendaraan bermotor, pajak penghasilan), (3)
menjaga ketertiban dan ke-amanan masyarakat dengan mengendalikan diri agar
tidak ter-cela di mata masyarakat, dan (4) mampu menyesuaikan diri dalam
pergaulan sosial di masyarakat (ikut terlibat dalam kegiatan gotong royong,
kerja bakti membersihkan selokan, memper-baiki jalan, dan
sebagainya).Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan tuntutan yang harus
dipenuhi seseorang, sesuai dengan norma sosial-budaya yang berlaku di
masyarakat. Bagi orang tertentu, yang menjalani ajaran agama (rnisalnya hidup
sendu^ selibat), mungkin tidak mengikuti tugas perkembangan bagian, yaitu
mencari pasangan hidup dan bagian B membina kehidupan rumah tangga. Baik
disadari atau tidak, bagian C dan D, setiap orang dewasa muda akan melakukan
tugas perkembangan tersebut dengan baik.
b. Perkembangan
Kognitif Dewasa Awal
Masa perkembangan dewasa muda (young adulthood] ditandai
dengan keinginan mengaktualisasikan segala ide-pemikiran yang dimatangkan
selama mengikuti pendidikan tinggi (universitas/akademi). Mereka bersemangat
untuk meraih tingkat kehidupan ekonomi yang tinggi (mapan). Karena itu, mereka
beriomba dan bersaing dengan orang lain guna mem-buktikan kemampuannya. Segala
daya upaya yang berorientasi untuk mencapai keberhasilan akan selalu ditempuh
dan diikuti sebab dengan keberhasilan itu, ia akan meningkatkan harkat dan
martabat hidup di mata orang lain.
Ketika memasuki masa dewasa muda, biasanya individu telah
mencapai penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang matang. Dengan modal
itu, seorang individu akan siap untuk menerapkan keahlian tersebut ke dalam
dunia pekerjaan. Dengan demikian, individu akan mampu memecahkan masalah secara
sistematis dan mampu mengembangkan daya inisiatif-kreatimya sehingga ia akan
memperoleh pengalaman-pengalaman baru. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut,
akan semakin mematangkan kualitas mentalnya.
c.
Perkembangan
Mental Menurut Turner dan Helms
Para ahli psikologi perkembangan, seperti Turner dan Helms
(1995) mengemukakan bahwa ada dua dimensi perkembangan mental, yaitu (1)
dimensi perkembangan mental kualitatif (qualitative mental dimensions] dan
(2) dimensi perkembangan mental kuantitatif (quantitative mental
dimensions}.
1)
Dimensi
Mental Kualitatif (Qualitative Mental Dimensions)
Untuk
mengetahui sejauh mana kualitas perkembangan mental yang dicapai seorang dewasa
muda, perlu diperbandingkan dengan taraf mental yang dicapai individu yang
berada pada tahap remaja atau anak-anak. Walaupun Piaget mengatakan bahwa
remaja ataupun dewasa muda sama-sama berada pada tahap operasi formal, yang
membedakan adalah bagaimana kemampu-an individu dalam memecahkan suatu masalah.
Bagi remaja, kadang kala masih mengalami hambatan, terutama cara me-mahami
suatu persoalan masih bersifat harfiah, artinya individu memahami suatu permasalahan
yang tersurat pada tuHsan dan belum memahami sesuatu yang tersirat dalam
masalah tersebut. Hal ini bisa dipahami karena sifat-sifat karakteristik
kognitif ini merupakan kelanjutan dari tahap operasi konkret sebelumnya.
Sementara
itu, menurut Turner dan Helms (1995), dewasa muda bukan hanya mencapai taraf
operasi formal, nielainkan telah memasuki penalaran postformal (post-formal
reasoning). Kemampuan ini ditandai dengan pemikiran yang bersifat
dialektikal (dialectical thought], yaitu kemampuan untuk memahami,
menganalisis dan mencari titik temu dari ide-ide, gagasan-gagasan, teori-teori,
pendapat-pendapat, dan pemikiran-pemikir-an yang saling kontradiktif
(bertentangan) sehingga individu mampu menyintesiskan dalam pemikiran yang baru
dan kreatif. Gisela Labouvie-Vief (dalam Turner dan Helms, 1995} setuju kalau
operasi formal lebih tepat untuk remaja, sedangkan dewasa muda mampu memahami
masalah-masalan secara logis dan mampu mencari intisari dari hal-hal yang
bersifat paradoksal sehingga diperoleh pemikiran baru.
Menurut
seorang ahli perkembangan kognitif, Jan Sinnot (1984, 1998, dikutip dari
Papalia, Olds, dan Feldman, 2001), ada empat ciri perkembangan kognitif masa post-formal
berikut ini :
a) Shifting gears.
Yang
dimaksud dengan shifting gears adalah kemampuan mengaitkan penalaran
abstrak (abstracts reasoning) dengan hal-hal yang bersifat praktis.
Artinya, individu bukan hanya mampu melahirkan pemikiran abstrak, melain-kan
juga mampu menjelaskanymenjabarkan hal-hal abstrak (konsep ide) menjadi sesuatu
yang praktis yang dapat diterap-kan langsung. Dalam hal ini akan dikenal dengan
ungkap-an seperti, “This might work on paper but not in real life”.
b) Multiple causality, multiple solutions.
Seorang
individu mampu memahami suatu masalah u’dak disebabkan satu faktor, tetapi
berbagai faktor (multiple factors). Karena itu, untuk dapat
menyelesaikannya, diperlukan kemampuan berpikir untuk mencari berbagai
alternatif solusi (divergent thinking). Dengan demikian, seorang
individu tidak berpikir kaku (rigid thinking] pada satu jenis
penyelesaian saja. Oleh karena itu, masa ini dikenal dengan istilah, “Let’s
try it your way, if that doesn’t work, we can try my way”.
c) Pragmatism.
Orang
yang berpikir postformal biasanya ber-sikap pragmatis, artinya ia mampu
menyadari dan memilih beberapa solusi yang terbaik dalam memecahkan suatu
masalah. Pemikiran praktis yang dilahirkan dalam memecahkan suatu masalah pada
tahap ini harus benar-benar mengenai sasaran (goal oriented). Namun,
dalam hal ini, individu dapat menghargai pilihan solusi orang lain. Sebab, cara
penyelesai- an masalah bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung cara orang itu
berpikir. Ungkapan yang tepat untuk masa pragmatisme ini adalah, “If you
want the most practical solution, do this. If you want the quickest solution,
do that”.
d) Awareness of paradox.
Seorang
yang memasuki masa postformal benar-benar menyadari bahwa sering kali ia
me-nemukan hal-hal yang bersifat paradoks (kontradiktif) dalam mengambil suatu
keputusan guna menyelesaikan suatu masalah. Yang dimaksud paradoks
(kontradiktif) adalah penyelesaian suatu masalah akan dihadapkan suatu dilema
yang saling bertentangan antara dua hal dari masalah tersebut Bila ia mengambil
suatu keputusan, keputusan tersebut akan memberi dampak positif ataupun negatif
bagi diri sendiri dan orang lain. Hal yang positif tentunya akan memberi
keuntungan diri-sendiri, tetapi mungkin akan merugikan orang lain. Atau
sebaliknya, hal yang negatif akan merugikan diri sendiri, tetapi akan memberi
keuntungan bagi orang lain. Oleh karena itu, dibutuhkan keberanian (ketegasan)
untuk menghadapi suatu konflik, tanpa harus melanggar prinsip kebenaran ataupun
keadilan. Dalam hal ini, dikenal ungkapan, “Doing this will give him what he
wants, but it will only make kirn unhappy in the end”.
2)
Dimensi
Mental Kuantltatif (Quantitative Mental Dimensions)
Biasanya,
menurut Turner dan Helms (1995), untuk menge-tahui kemampuan mental secara
kuantitatif diperlukan suatu pengukuran yang menggunakan skala angka secara
eksak atau pasti. Dalam suatu penelitian longitudinal yang dilakukan sekitar
tahun 1930 dan 1940, ditemukan bahwa taraf inteligensi cenderung menurun. Latar
belakang proses penurunan ini dikarenakan perbedaan faktor pendidikan ataupun
status sosial ekonomi (status of econo-sociafy. Individu yang memiliki
latar belakang pendidikan ataupun status sosio-ekonomi rendah karena jarang
memperoleh tantangan tugas yang mengasah kemampuan kecerdasan sehingga
cenderung menurun kemampuan intelektualnya secara kuann’tauf. Sebaliknya,
individu yang memiliki taraf pendidikan ataupun status sosio-ekonomi yang mapan,
berarti ketika bekerja banyak menuntut aspek pemikiran intelektual sehingga
intelektualnya terasah. Dengan demikian, kemampuan kecerdasannya makin baik.
d. Tipe-Tipe Intelektual
Sementara itu, setelah melakukan serangkaian penelitian
jangka panjang, para ahli (seperti Baltes dan Baltes, Baltes dan Schaie, Willis
dan Baltes}, menyimpulkan ada beberapa tipe intelektual, yaitu inteligensi kristal
(cristalized intelligence), fleksibilitas kognitif (cognitive
flexibility], fleksibilitas visuo-motor (visuomotor flexibility], dan
visualisasi (visualization) (Turner dan Helms, 1995).
1)
Inteligensi kristal adalah fungsi keterampilan mental
yang dapat dipergunakan individu itu, dipengaruhi berbagai pengalaman yang
diperoleh melalui proses belajar dalam dunia pendidikan. Misalnya, keterampilan
pemahaman bahasa (komprehensif verbal/verbal comprehensive), penalaran
berhitung angka (numerical skills), dan penalaran induktif (inductive
reasoning). Jadi, keterampilan kognitif merupakan akumulasi dari pengalaman
individu alcibat mengikuti ke-giatan pendidikan formal ataupun nonformal.
Dengan demikian, pola-pola pemikiran intelektualnya cenderung bersifat
teoretis-praktis (text book thinking).
2) Fleksibilitas kognitif adalah kemampuan individu memasuki
dan menyesuaikan diri dari pemikiran yang satu ke pemikiran yang lain.
Misalnya, kemampuan memahami melakukan tugas reproduksi, yaitu mampu melakukan
hubung-an seksual dengan lawan jenisnya, asalkan memenuhi persyarat-an yang sah
(perkawinan resmi). Untuk sementara waktu, dorong-an biologis tersebut, mungkin
akan ditahan terlebih dahulu. Mereka akan berupaya mencari calon teman hidup
yang cocok untuk dijadikan pasangan dalam perkawinan ataupun untuk membentuk
kehidupan rumah tangga berikutnya. Mereka akan menentukan kriteria usia,
pendidikan, pekerjaan, atau suku bangsa tertentu, sebagai prasyarat pasangan
hidupnya. Setiap orang mempunyai kriteria yang berbeda-beda.
3) fleksibilitas Visualmotor adalah kemampuan untuk menghadapi suatu masalah dari yang
mudah ke hal yang lebih sulit,yang memerlukan aspek kemampuan
visual/motorik(penglihatan,pengamatan,dan keterampilan tangan)
4) Visualisasi yaitu kemampuan individu untuk melakukan proses
visual.misalnua,bagaimana individu memahami gambar-gambar yang sederhana sampai
yang lebih kompleks.
4. Perkembangan Fisik Dewasa Awal
a. Dewasa
Muda sebagai Masa Transisi
1) Transisi Fisik
Dari
pertumbuhan fisik, menurut Santrock (1999) diketahui bahwa dewasa muda sedang
mengalami peralihan dari masa remaja untuk memasuki masa tua. Pada masa ini,
seorang individu tidak lagi disebut sebagai masa tanggung (akil balik), tetapi
sudah tergolong sebagai seorang pribadi yang benar-benar dewasa (maturity). la
tidak lagi diperlakukan sebagai seorang anak atau remaja, tetapi sebagaimana
layaknya seperti orang dewasa lain-nya. Penampilan fisiknya benar-benar matang
sehingga siap melakukan tugas-tugas seperti orang dewasa lainnya, misalnya
bekerja, menikah, dan mempunyai anak. la dapat bertindak secara bertanggung
jawab untuk dirinya ataupun orang lain (termasuk keluarganya). Segala
tindakannya sudah dapat di-kenakan aturan-aturan hukum yang berlaku, artinya
bila terjadi pelanggaran, akibat dari tindakannya akan memperoleh sanksi hukum
(misalnya denda, dikenakan hukum pidana atau perdata}. Masa ini ditandai pula
dengan adanya perubahan fisik, misalnya tumbuh bulu-bulu halus, perubahan
suara, menstruasi, dan kemampuan reproduksi.
2)
Transisi
Intelektual
Menurut
anggapan Piaget (dalam Grain, 1992; Miller, 1993; Santrock, 1999; Papalia,
Olds, & Feldman, 1998), kapasitas kognitif dewasa muda tergolong masa operational
formal, bahkan kadang-kadang mencapai masa post-operasi formal (Turner
&Helms, 1995). Taraf ini menyebabkan, dewasa muda mampu memecahkan masalah
yang kompleks dengan kapasitas berpikir abstrak, logis, dan rasional. Dari sisi
intelektual, sebagian besar dari mereka telah lulus dari SMU dan masuk ke perguruan
tinggi (uniiversitas/akademi). Kemudian, setelah lulus tingkat universitas,
mereka mengembangkan karier untuk meraih puncak prestasi dalam pekerjaannya.
Namun demikian, dengan perubahan zaman yang makin maju, banyak di antara mereka
yang bekerja, sambil terns melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, misalnya
pascasarjana. Hal ini mereka lakukan sesuai tuntutan dan kemajuan perkembangan
zaman yang ditandai dengan masalah-masalah yang makin kompleks dalam pekerjaan
di lingkungan sosialnya.
3) Transisi Peran Sosial
Pada
masa ini, mereka akan menindaklanjuti hubungan dengan pacarnya (dating), untuk
segera menikah agar dapat membentuk dan memelihara kehidupan rumah tangga yang
bahagia, masing-masing pihak baik
laki-laki maupun wanita dewasa, memiliki peran ganda, yakni sebagai individu
yang bekerja di lembaga pekerjaan ataupun sebagai ayah atau ibu bagi
anak-anaknyal Seorang laki-laki sebagai kepala rumah tangga, sedangkan seorang
wanita sebagai ibu rumah tangga, tanpa meninggalkan tugas karier tempat mereka
bekerja. Namun demikian, tak sedikit seorang wanita mau meninggalkan kariernya
untuk menekuni tugas-tugas kehidupan sebagai ibu rumah tangga (domestic
tasks), agar dapat mengurus dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Sebagai
anggota masyarakat, mereka pun terlibat dalam aktivitas-aktivitas sosial,
misalnya dalam kegiatan pen-didikan kesejahteraan keluarga (PKK) dan pengurus
RT/RW.
b.
Aspek-aspek Perkembangan Fisik
Aspek-aspek perkembangan fisik meliputi:
1) Kekuatan dan Energi
Selepas
dari bangku pendidikan tinggi, seorang dewasa muda berusaha menyalurkan seluruh
potensinya untuk mengembang-kan diri melalui jalur karier. Kehidupan karier,
sering kali me-nyita perhatian dan energi bagi seorang individu. Hal ini karena
mereka sedang rnerintis dan membangun kehidupan ekonomi agar benar-benar
mandiri dari orang tua. Selain itu, mereka yang menikah hams rnemikirkan
kehidupan ekonomi keluarga. Oleh karena itu, mereka memiliki energi yang
tergolong luar biasa, seolah-olah mempunyai kekuatan ekstra bila asyik dengan
pekerjaannya.
2)
Ketekunan
Untuk
dapat mencapai kemapanan ekonomis (economically established), seseorang
harus memiliki kemauan kerja keras yang disertai ketekunan. Ketika menemukan
posisi kerja yang sesuai dengan minat, bakat, dan latar belakang pendidikannya,
mereka umumnya akan tekun mengerjakan tanggung jawab pekerja-annya dengan baik,
Ketekunan merupakan salah satu kunci dari kesuksesan dalam meraih suatu karier
pekerjaan. Karier yang cemerlang akan mempengaruhi kehidupan ekonomi keluarga
yang baik pula; sebaliknya bila karier yang suram (gagal), kehidupan ekonomi
seseorang pun suram. Namun, tak sedikit seorang individu yang belum cocok
dengan pekerjaan dan penghasilan yang diperoleh, tak segan-segan mereka segera
pindah dan mencari pekerjaan lain yang dianggap cocok. Hal ini biasanya
dilakukan mereka yang masih membujang atau belum menikah. Kalau mereka telah
menikah, umumnya akan menekuni bidang kariernya walaupun hasil gajinya masih
pas-pasan, dengan alasan sulitnya mencari jenis pekerjaan yang baru dan takut dibayangi
kegagalan.
3)
Motivasi
Maksud
dari motivasi di sini ialah dorongan yang berasal dari kesadaran diri sendiri
untuk dapat meraih keberhasilan dalam suatu pekerjaan. Dengan kata lain,
motivasi yang dimaksudkan ialah motivasi internal. Orang yang merniliki
motivasi Internal, biasanya ditandai dengan usaha kerja keras tanpa dipengarahi
lingkungan eksternal, arSnya seseorang akan bekerja secara tekun sampai
benar-benar mencapai suatu tujuan yang diharapkan, tanpa putus asa walaupuri
memperoleh hambatan atau rintang-an dari lingkungan eksternal.
5.
Perkembangan Emosi Dewasa Awal
Orang dewasa awal yang matang secara emosi dapat dilihat
dari
kemandirian emosi. Dan orang ini
tidak mudah terpanguruhi oleh emosi orang lain. Dan dapat menampakan kontrol emosi yang tinggi seperti
sabar. Dan dapat
menampakkan kontrol emosi yang tinggi seperti sabar, gembira. Usia dan tenang dalam menghadapi masalah
kesulitan apapun. Juga selalu berfikir positif. Baik dalam masalah ataupun karir.
a. Emosi
yang menonjol
Pada
masa dewasa emosi yang paling berperan adalah emosi cinta. Emosi cinta merupakan tingkah laku
yang bidangnya sangat luas dan kompleks.
Pada masa ini ada beberapa jenis cinta yang harus tumbuh dalam diri seseorang, yaitu cinta
altruistik, cinta teman sejati, cinta erotik tau romantis dan cinta penuh kasih sayang.
b. Emosi
kesepian
Keadaaan
perkembangan emosi yang menyimpang adalah emosi kesepian. Sebagian orang dewasa akan mengalami kesepian
dalam kehidupannya.
Dia merasa tidak ada orang yang tertarik atau mau bersahabat dengannya.
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesepian dalam
kehidupan orang dewasa adalah :
1)
kurang mendapatkan kasih sayang pada masa bayi dan
kanak-kanak
2)
kekurangan waktu dalam membina keakraban dengan sesama atau
lawan jenis.
3) pengalaman yang menyakitkan ditolak
oleh orang tua dalam membina hubungan
akrab atau kehilangan orang yang dikasihi (orang tua atau kekasih)
4) kurang keterampilan untuk membina
keakraban dengan orang lain.
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesepian (Peplau
dan Perlman : 1982) adalah :
1) mengubah
hubungan sosial yang telah ada
2) mengubah
kainginan sosial dan kebutuhan
3) cobalah
konsultasi kepada konselor untuk mengetahui cara-cara membina hubungan sosial
dan mengatasi kesepian.
6. Kesehatan
Dewasa Awal
a. Pengertian Kesehatan
Organisasi bangsa-bangsa yang mengurusi masalah kesehatan
dunia (WHO-Word Health Organization), memberi definisi mengenai
kesehatan. Menurut WHO yang dimaksud dengan sehat (healthy) adalah
kondisi sehat sejahtera baik secara fisik, mental maupirn sosial yang ditandai
dengan u’dak adanya gangguan-gangguan atau simtom-simtom penyakit, seperti
keluh-an sakit fisik, keluhan emosional (Papalia, Olds, dan Feldman, 1998;
Sarafino, 1994).
Kondisi kesehatan seseorang berhubungan erat dengan beberapa
kebiasaan perilaku individu yang bersangkutan. Untuk mencapai kehidupan yang
sehat, diperlukan kebiasaan-kebiasaan perilaku yang sehat pula.
Ada beberapa perilaku sehat yang dapat menopang kesehatan
seseorang, di antaranya :
1) makan secara teratur (tiga kali:
sarapan, makan siang, dan makan malam, tidak termasuk snack)
2)
perlu
mengonsumsi makan-makanan yang sehat (mengandung gizi, nutrisi, protein,
vitamin, karbohidrat, mineral, zat besi), misalnya empat sehat lima sempuma
3)
melakukan
aktivitas secara seimbang antara kegiatan bekerja/belajar dengan kegiatan
olahraga
4)
pola
tidur yang sehat dan normal selama 7-8 jam
5)
membiasakan
diri untuk tidak merokok
6)
membiasakan
diri untuk tidak mengonsumsi narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan)
7)
tidak
mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi (daging sapi/kambing, fast-food/sea
food (udang, cumi).
Individu yang secara tekun mengikuti kebiasaan-kebiasaan
tersebut, umumnya akan memiliki taraf kondisi kesehatan yang baik daripada
individu yang tidak melakukannya. Para tokoh terkenal di dunia (dalam
Liwijaya-Kuntaraf & Kuntaraf, 1995), yang hidup sehat dan berumur panjang,
di antaranya Mahataia Gandhi (tokoh kemerdekaan India), Benyamin Franklin
(tokoh keinerdekaan Amerika Serikat), Albert Einstein (penemu teori relativitas
sehingga memunculkan bom atom), Martin Luther (reformator Gereja Protestan),
Leonardo da Vinci (pelukis dan pemahat abad ke-13), Isac Newton (ilmuwan flsika
dari higgris}, Charles Darwin (tokoh penemu teori evolusi), dan Francis Voltaire
(filsuf dari Francis), umumnya menjalankan rahasia hidup sehat dengan
membiasakan diri untuk mengonsumsi makan sayur-mayur (vegetarian) dan
menghindari makan-makanan dari daging-dagingan.
b.
Perilaku
dan Status Kesehatan
Status
kesehatan seseorang sangat berkaitan dengan seberapa jauh pola kebiasaan
perilaku orang tersebut. Kebiasaan perilaku yang sehat akan memberi pengaruh
positif pada kesehatannya, sebaliknya kebiasaan yang salah cenderung memberi
dampak negatif. Akibatnya, individu mudah terserang penyakit. Kasl & Cobb
(dalam Sarafino, 1994) mengemukakan tiga jenis upaya individu untuk mengatasi
suatu penyakit dan menipertahankan taraf kesehatan, yakni :
1) Health behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan individu yang
diyakini akan dapat membangun kesehatannya dengan cara mencegah suatu penyakit
atau menanggulangi ganggu-an penyakitnya.
2) Illness behavior adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan orang yang sakit,
guna memperoleh informasi, nasihat atau cara penyembuhannya agar dirinya sehat
kembali.
3) Sick role behavior adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk proses
penyembuhan dari rasa sakitnya.
c.
Masalah Kesehatan pada dewasa awal
1)
Masalah Fisiologis
Dewasa awal umumnya aktif dan
mempunyai masalah kesehatan utama minimum. Akan tetapi, gaya hidup mereka dapat
menempatkan mereka pada resiko penyakit atau kecacatan selama masa dewasa
tengah atau akhir. Dewasa tengah mungkin juga rentan secara genetic terhadap penyakit
kronis tertentu seperti DM dan hiperkolesterolemia keturunan (Price dan Wilson,
1992)
Faktor resiko bagi kesehatan dewasa
awal berasal dari komunitas, gaya hidup dan riwayat keluarga. Factor-faktor
ini mempunyai kategori sebagai berikut:
a) Kematian dan cedera karena kekerasan
b) Penyalahgunaan zat
c) Kehamilan yang tidak diinginkan
d) Penyakit menular seksual
e) Factor lingkungan dan pekerjaan
f) Gaya hidup
2)
Masalah psikososial
Masalah kesehatan psikososial dewasa
awal sering berhubungan dengan stress, seperti stress karena pekerjaan dan
keluarga.
a) Stres pekerjaan
Stress pekerjaan dapat terjadi
setiap hari atau dari waktu ke waktu. Stress situasi pekerjaan situasional
dapat terjadi ketika atasan baru memasuki tempat pekerjaan, tenggat waktu
hampir dekat, atau diberi tanggungjawab yang baru.
b) Stress keluarga
Stresor keluarga dapat terjadi
setiap waktu dalam kehidupan keluarga. Kehidupan keluarga ada puncaknya, ketika
setiap orang dalam keluarga bekerja sama dan sampai pada lembahnya, ketika
setiap orang dalam keluarga memisahkan diri. Stresor situasi terjadi pada peristiwa seperti
kelahiran, kematian, penyakit,dll.
E.
DEWASA TENGAH & AKHIR
Fase dewasa tengah (25-40 tahun)
ditandai sikap mantap memilih teman hidup dan membangun keluarga. Dewasa tengah
menggunakan energy sesuai kemampuannya untuk menyesuaikan konsep diri dan citra
tubuh terhadap realita fisiologis dan perubahan pada penampilan fisik. Harga
diri yang tinggi, citra tubuh yang bagus dan sikap posiif terhadap perubahn
fisiologis muncul jika orang dewasa mengikuti latihan fisik diet yang seimbang,
tidur yang adekuat dan melakukan hygiene yang baik.
1.
Teori perkembangan Dewasa Tengah
a.
Teori Erikson
Menurut
teori perkembangan Erikson, tugas perkembangan yang utama pada usia baya adalah
mencapai generatifitas (Erikson, 1982). Generatifitas adalah keinginan untuk
merawat dan membimbing orang lain. Dewasa tengah dapat mencapai generatifitas
dengan anak-anaknya melalui bimbingan dalam interaksi sosial dengan generasi
berikutnya. Jika dewasa tengah gagal mencapai generatifitas akan terjadi
stagnasi. Hal ini ditunjukkan dengan perhatian yang berlebihan pada dirinya
atau perilaku merusak anak-anaknya dan masyarakat.
b.
Teori Havighurst
Teori
perkembangan Havighurst telah diringkas dalam tujuh perkembangan untuk orang
dewasa tengah (Havighurst, 1972). Tugas perkembangan tersebut meliputi:
1) Pencapaian tanggung jawab social
orang dewasa
2) Menetapkan dan mempertahankan
standar kehidupan
3) Membantu anak-anak remaja tanggung
jawab dan bahagia
4) Mengembangkan aktivitas luang
5) Berhubungan dengan pasangannya
sebagai individu
6) Menerima dan menyesuaikan perubahan
fisiologis pada usia pertengahan
7) Menyesuaikan diri dengan orang tua
yang telah lansia.
2. Tahap-tahap
perkembangan
a.
Perkembangan
fisiologis
Perubahan ini umumnya terjadi antara
usia 40-65 tahun. Perubahan yang paling terlihat adalah rambut beruban, kulit
mulai mengerut dan pinggang membesar. Kebotakan biasanya terjadi selama masa
usia pertengahan, tetapi juga dapat terjadi pada pria dewasa awal. Penurunan
ketajaman penglihatan dan pendengaran sering terlihat pada periode ini.
b.
Perkembangan
kognitif
Perubahan kognitif pada masa dewasa
tengah jarang terjadi kecuali karena sakit atau trauma. Dewasa tengah dapat
mempelajari keterampilan dan informasi baru. Beberapa dewasa tengah mengikuti program
pendidikan dan kejuruan untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja atau
perubahan pekerjaan.
c.
Perkembangan
psikosial
Perubahan psikososial pada masa
dewasa tengah dapat meliputi kejadian yang diharapkan, perpindahan anak dari
rumah, atau peristiwa perpisahan dalam pernikahan atau kematian teman.
Perubahan ini mungkin mengakibatkan stress yang dapat mempengaruhi seluruh
tingkat kesehatan dewasa.
3.
Masalah kesehatan
a.
Masalah fisiologis
1) Stress
2) Adanya penyakit kronis
3) Tingkat kesejahteraan
4) Membentuk kebiasaan sehat yang
positif
b.
Masalah Psikososial
1) Ansietas
Ansietas
adalah fenomena maturasi kritis yang berhubungan dengan perubahan, konflik dan
pengendalian lingkungan yang diterima (Haber et al,1992)
2)
Depresi
Depresi adalah gangguan alam
perasaan yang dimanifestasikan dalam berbagai cara . (Habert at al,1992)
4.
Fase Dewasa Akhir
Fase
Dewasa akhir (41-50/55 tahun) ditandai
karya produktif, sukses-sukses, berprestasi dan puncak dalam karier. Sebagai
patokan, pada masa ini dapat dicapai kalau status pekerjaan dan sosial
seseorang sudah mantap.
Masalah-masalah
yang mungkin muncul yaitu
a.
Menurunnya
keadaan jasmaniah
b.
Perubahan
susunan keluarga
c.
Terbatasnya
kemungkinan perubahan-perubahan baru dalam bidang pekerjaan atau perbaikan
kesehatan yang lalu
d. Penurunan fungsi tubuh
Selain
itu, masa dewasa akhir adalah masa pensiun bagi pegawai menghadapi sepi dan
masa memasuki peniun. Biasanya ada PPS (Post Power Sindrom) misalnya biasa
seseorang menjabat kemudian tidak, rasanya ada perasaan down sindrom.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pengawasan tugas perkembangan ini, individu mengalami PPS.
Misalnya adalah :
a. Tingkat perkembangan yang mundur
b. Tidak ada kesempatan untuk
mempelajari tugas-tugas perkembangan
c. Tidak ada motivasi
d. Kesehatan yang buruk
e. Cacat tubuh
f. Tingkat kecerdasan yang rendah
g.
Tingkat
adaptasi yang jelek
5. Tugas-Ttugas
Pada Perkembangan Dewasa
a.
Tugas
perkembangan masa dewasa awal
1)
Memilih
pasangan hidup
2)
Belajar
hidup dengan suami atau istri
3)
Memulai
kehidupan berkeluarga
4)
Membimbing
dan merawat anak
5)
Mengolah
rumah tangga
6)
Memulai
suatu jabatan
7)
Menerima
tanggung jawab sebagai warga negara
8)
Menemukan
kelompok sosial yang cocok dan menarik
b.
Tugas
Perkembangan masa setengah baya
1)
Memperoleh
tanggung jawab sosial dan warga negara
2)
Membangun
dan memperthankan standar ekonomi
3)
Membantu
anak remaja untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia
4)
Membina
kegiatan pengisi waktu senggang orang dewasa
5)
Membina
hubungan dengan pasanga hidup sebagai pribadi
6)
Menerima
dan menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan fisik sendiri
7)
Menyesuaikan
diri dengan pertambahan umur
c.
Tugas
perkembangan orang tua
1)
Menyesuaikan
diri dengan menurunya kesehatan dan kekuatan fisik
2)
Menyesuaikan
diri terhadap masa pensiun dan menurunya pendapatan
3)
Menyesuaikan
diri yterhadap meninggalnya suami/istri
4)
Menjalin
hubuingan dengan perkumpulan manusia usia lanjut
5)
Memenuhi
kewajiban sosial dan sebagai warga negara
6)
Membangun
kehidupan fisik yang memuaskan Menurut Havighurst setiap tahap perkembangan
individu harus sejalan dengan perkembangan aspek-aspek lainya, yaitu fisik,
psikis serta emosional, moral dan sosaial.