GAGAL
JANTUNG (HEART FAILURE)
1.
DEFINISI
Penyakit Gagal Jantung yang dalam istilah medisnya
disebut dengan "Heart Failure
atau Cardiac Failure", merupakan suatu keadaan darurat medis
dimana jumlah darah yang dipompa oleh jantung seseorang setiap menitnya {curah
jantung (cardiac output)} tidak mampu memenuhi kebutuhan normal metabolisme
tubuh.
Gagal jantung kongestif terjadi sewaktu kontraktilitas
jantung berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang
masuk selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir
ventrikel secara progresif bertambah. (Elizabeth J. Corwin).
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan
tubuh, sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
(http//:www,askepgagaljantung,com).
Gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
jaringan terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal
jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada
curah jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot
jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat
menunjang perkembangan dan keparahan dari gagal jantung. Peningkatan laju
metabolic ( misalnya ;demam, koma, tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia
membutuhkan suatu peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.(Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley, 2000)
Gagal jantung adalah suatu keadaan
patofisiologi adanya kelainan fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya
ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri (Braundwald ).
Jadi gagal jantung adalah suatu
kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik
tubuh) sedangkan tekanan pengisian ke
dalam jantung masih cukup tinggi, mekanisme yang mendasar tentang
gagal jantung termasuk kerusakan sifat kontraktilitas jantung yang
berkurang dan vetrikel tidak mampu memompa keluar darah sebanyak yang masuk
selama diastole. Hal ini menyebabkan volume diastolic akhir ventrikel
secara progresif bertambah. Hal yang terjadi sebagai akibat akhir dari gangguan
jantung ini adalah jantung tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen pada sebagi
organ.
2.
EPIDEMIOLOGI
Insiden penyakit gagal jantung
semakin meningkat sesuai dengan meningkatnya usia harapan hidup, salah satunya
gagal jantung kronis sebagai penyakit utama kematian di negara industri dan
negara-negara berkembang. Penyakit gagal jantung meningkat sesuai dengan usia,
berkisar kurang dari l % pada usia kurang dari 50 tahun hingga 5% pada usia
50-70 Tahun dan 10% pada usia 70 tahun ke atas. Penyakit gagal jantung
sangatlah buruk jika penyebab yang mendasarinya tidak segera ditangani, hampir
50% penderita gagal jantung meninggal dalam kurun waktu 4 Tahun. 50% penderita
stadium akhir meninggal dalam kurun waktu 1 Tahun, di Indonesia prevalensi
gagal jantung secara nasional belum ada sebagai gambaran di Rumah Sakit Cipto
Mangun Kusumo Jakarta, pada tahun 2006 diruang rawat jalan dan inap didapat
3,23% kasus gagal jantung dari total 11,711 pasien, sedangkan di Amerika pada
tahun 1999 terdapat kenaikan kasus gagal jantung dari 577.000 pasien menjadi
871.000 pasien. Gagal jantung merupakan penyebab kematian kardiovaskuler, dan
kondisi seperti ini juga menurunkan kualitas hidup, karena itu peburukan akut
pada gagal jantung kronik harus di cegah secara dini, pada lansia diperkirakan
10% pasien di atas 75 Tahun menderita gagal jantung, angka kematian pada gagal
jantung kronik mencapai 50% dalam 5 tahun setelah pertama kali penyakit itu
terdiagnosis, (Kompas, 9 juni 2007).
3.
ETIOLOGI
Penyebab gagal jantung mencakup
apapun yang menyebabkan peningkatan volume plasma sampai derajat tertentu
sehingga volume diastolic akhir meregangkan serat-serat ventrikel melebihi
panjang optimumnya. Penyebab tersering adalah cedera pada jantung itu sendiri
yang memulai siklus kegagalan dengan mengurangi kekuatan kontraksi jantung.
Akibat buruk dari menurunnya kontraktilitas, mulai terjadi akumulasi volume
darah di ventrikel. Penyebab gagal jantung yang terdapat di jantung
antara lain :
Terjadinya gagal jantung dapat
disebabkan :
a.
Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
b.
Beban tekanan
berlebihan-pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic
overload) menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan
curah ventrikel atau isi sekuncup.
c.
Beban volume
berlebihan-pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic
overload) akan menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam
ventrikel meninggi. Prinsip Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan
meningkat sesuai dengan besarnya regangan otot jantung, tetapi bila beban terus
bertambah sampai melampaui batas tertentu, maka curah jantung justru akan
menurun kembali.
d.
Peningkatan
kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung
di mana jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung
walaupun curah jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi
kebutuhan sirkulasi tubuh.
e.
Gangguan pengisian (hambatan input)
Hambatan
pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau
pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output
ventrikel berkurang dan curah jantung menurun.
f.
Kelainan Otot Jantung
Gagal
jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit
otot degeneratif atau inflamasi.
g.
Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan
disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi
hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
h.
Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan
beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut otot
jantung.
i.
Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan
dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
j.
Penyakit jantung
Penyakit
jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k.
Faktor sistemik
Faktor
sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas
elektrolit juga dapat menurunkan kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan.
Penyebab yang spesifik untuk gagal jantung kanan antara lain:
-
Gagal jantung
kiri
-
Hipertensi paru
-
PPOM
4. Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung
disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot
degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia
dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya
mendahului terjadinya gagal jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan
afterload) meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan
hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut (hipertrofi miokard) dapat
dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan kontraktilitas
jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak
dapat berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium
degeneratif berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung
merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat
mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering
mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan
salah satu ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai
contoh, hipertensi sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi dan melemah. Hipertensi paru yang berlangsung lama
akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi dan melemah. Letak suatu
infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang pertama kali terkena
setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke
atrium, lalu ke sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka
jelaslah bahwa gagal jantung kiri akhirnya akan menyebabkan gagal jantung
kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal jantung kanan adalah gagal
jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi kanan
jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya
adalah semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya
tekanan darah serta perburukan siklus gagal jantung.
5. KLASIFIKASI
Menurut
derajat sakitnya:
a.
Derajat 1: Tanpa keluhan - Anda masih bisa melakukan
aktivitas fisik sehari-hari tanpa disertai kelelahan ataupun sesak napas
b.
Derajat 2: Ringan - aktivitas fisik sedang menyebabkan
kelelahan atau sesak napas, tetapi jika aktivitas ini dihentikan maka keluhan
pun hilang
c.
Derajat 3: Sedang - aktivitas fisik ringan
menyebabkan kelelahan atau sesak napas, tetapi keluhan akan hilang jika
aktivitas dihentikan
d.
Derajat 4: Berat - tidak dapat melakukan aktivitas
fisik sehari-hari, bahkan pada saat istirahat pun keluhan tetap ada dan semakin
berat jika melakukan aktivitas walaupun aktivitas ringan.
Menurut lokasi
terjadinya :
a.
Gagal jantung
kiri
Kongesti paru
menonjol pada gagal ventrikel kiri, karena ventrikel kiri tidak mampu memompa
darah yang datang dari paru. Peningkatan tekanan dalam sirkulasi paru
menyebabkan cairan terdorong kejaringan paru. Manifestasi klinis yang terjadi
meliputi dispnea, batuk, mudah lelah, takikardi dengan bunyi
jantung S3, kecemasan kegelisahan, anoreksia, keringat dingin, dan paroxysmal nocturnal dyspnea,ronki basah paru
dibagian basal
b.
Gagal jantung
kanan
Bila ventrikel
kanan gagal, yang menonjol adalah kongesti visera dan jaringan perifer. Hal ini
terjadi karena sisi kanan jantung tidak mampu mengosongkan volume darah dengan
adekuat sehingga tidak dapat mengakomodasi semua darah yang secara normal
kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi klinis yang tampak meliputi : edema
akstremitas bawah yang biasanya merupakan pitting edema, pertambahan berat
badan, hepatomegali (pembesaran hepar), distensi vena leher, asites (penimbunan
cairan didalam rongga peritonium), anoreksia dan mual, dan lemah.
6. Manifestasi klinis
-
Peningkatan
volume intravaskular (gambaran dominan)
-
Ortopnue yaitu
sesak saat berbaring
-
Dipsneu on
effort (DOE) yaitu sesak bila melakukan aktifitas
-
Paroxymal
noctural dipsneu (PND) yaitu sesak nafas tiba-tiba pada malam hari disertai
batuk
-
Berdebar-debar
-
Lekas lelah
-
Batuk-batuk
-
Peningkatan
desakan vena pulmonal (edema pulmonal) ditandai oleh batuk dan sesak nafas.
- Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang
terlihat pada edema perifer umum dan penambahan berat badan.
7. Komplikasi
Komplikasi
yang bisa terjadi ialah :
-
Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena
karena stasis darah.
-
Syok kardiogenik akibat disfungsi nyata dari jantung.
-
Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan
digitalis.
8. Pemeriksaan Fisik
a.
Auskultasi nadi apikal, biasanya terjadi takikardi
(walaupun dalam keadaan berustirahat)
b.
Bunyi jantung, S1 dan S2 mungkin lemah karena
menurunnya kerja pompa. Irama gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran
darah ke atrium yang distensi. Murmur dapat menunjukkan inkompetensi / stenosis
katup.
c.
Palpasi nadi perifer, nadi mungkin cepat hilang atau
tidak teratur untuk dipalpasi dan pulsus alternan (denyut kuat lain dengan
denyut lemah) mungkin ada.
d.
Tekanan darah
e.
Pemeriksaan kulit : kulit pucat (karena penurunan
perfusi perifer sekunder) dan sianosis (terjadi sebagai refraktori Gagal
Jantung Kronis). Area yang sakit sering berwarna biru/belang karena peningkatan
kongesti vena
9. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a.
EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan
keteraturan denyut jantung
EKG :
Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan
pola mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan
segmen ST/T persisten 6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan
adanya aneurime ventricular.
b.
Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk
mengetahui ukuran dan bentuk jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan
fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat untuk menegakkan diagnosis gagal
jantung.
c. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran
jantung, penimbunan cairan di paru-paru atau penyakit paru lainnya.
d.
Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type
natriuretic peptide) yang pada gagal jantung akan meningkat.
e.
Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik,
perubahan dalam fungsi/struktur katub atau are penurunan kontraktilitas
ventricular.
f.
Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan
memperkirakan pergerakan dinding.
g.
Kateterisasi jantung : Tekanan bnormal merupakan
indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan
stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji potensi arteri kororner. Zat kontras
disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran bnormal dan ejeksi
fraksi/perubahan kontrktilitas.
10. Therapy
-
Diuretik: Untuk
mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
-
Penghambat
ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan mengurangi beban
kerja jantung
-
Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan menurunkan tekanan darah agar beban
jantung berkurang
-
Digoksin: Memperkuat denyut dan daya
pompa jantung
-
Terapi
nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer
dan penurunan konsumsi oksigen miokard.
-
Digitalis:
memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan kontraksi,
peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih
besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravascular
menurun.
-
Inotropik
positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1 adrenergik. Efek
beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek inotropik positif) dan
meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
-
Sedative: Pemberian
sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan mengistirahatkan dan memberi
relaksasi pada klien.
11. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
gagal jantung kongestif dengan sasaran :
1.
Untuk menurunkan kerja jantung
2.
Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas
miokard
3.
Untuk menurunkan retensi garam dan air.
Penatalaksanaan
yang dilakukan antara lain :
a.
Tirah baring
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis berbaring.
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui induksi diuresis berbaring.
b.
Oksigen
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
Pemenuhan oksigen akan mengurangi demand miokard dan membantu memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.
c.
Diet
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
Pengaturan diet membuat kerja dan ketegangan otot jantung minimal. Selain itu pembatasan natrium ditujukan untuk mencegah, mengatur, atau mengurangi edema.
d.
Revaskularisasi
coroner
e.
Transplantasi
jantung
f.
Kardiomioplasti
12. Pencegahan
Kunci untuk mencegah gagal jantung
adalah mengurangi faktor-faktor risiko Anda. Anda dapat mengontrol atau
menghilangkan banyak faktor-faktor risiko penyakit jantung - tekanan darah
tinggi dan penyakit arteri koroner, misalnya - dengan melakukan perubahan gaya
hidup bersama dengan bantuan obat apa pun yang diperlukan.
Perubahan
gaya hidup dapat Anda buat untuk membantu mencegah gagal jantung meliputi:
-
Tidak merokok
-
Mengendalikan kondisi tertentu, seperti tekanan darah
tinggi, kolesterol tinggi dan diabetes
-
Tetap aktif secara fisik
-
Makan makanan yang sehat
-
Menjaga berat badan yang sehat
-
Mengurangi dan mengelola stres
13. Prognosis
Gagal Jantung
Pada sebagian kecil pasien, gagal
jantung yang berat terjadi pada hari/minggu-minggu pertama pasca lahir,
misalnya sindrom hipoplasia jantung kiri, atresia aorta, koarktasio aorta atau
anomali total drainase vena pulmonalis dengan obstruksi. Terhadap mereka,
terapi medikmentosa saja sulit memberikan hasil, tindakan invasif diperlukan
segera setelah pasien stabil. Kegagalan untuk melakukan operasi pada golongan
pasien ini hampir selalu akan berakhir dengan kematian.
Pada gagal jantung akibat PJB yang
kurang berat, pendekatan awal adalah dengan terapi medis adekuat, bila ini
terlihat menolong maka dapat diteruskan sambil menunggu saat yang bik untuk
koreksi bedah.
Pada pasien penyakit jantung rematik
yang berat yang disertai gagal jantung, obat-obat gagal jantung terus diberikan
sementara pasien memperoleh profilaksis sekunder, pengobatan dengan profilaksis
sekunder mungkin dapat memperbaiki keadaan jantung.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Gagal serambi kiri/kanan dari
jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan
sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya
dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas / Istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang
hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada
saat istirahat.
b.
Tanda : Gelisah,
perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala :
Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah
jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen.
b. Tanda :
1)
TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2)
Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3)
Irama Jantung ; Disritmia.
4)
Frekuensi jantung ; Takikardia.
5)
Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah posisi secara inferior ke kiri.
6)
Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4
dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
7)
Murmur sistolik dan diastolic.
8)
Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
9)
Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler
lambat.
10) Hepar ;
pembesaran/dapat teraba.
11) Bunyi napas
; krekels, ronkhi.
12) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting khususnya
pada ekstremitas.
3. Integritas Ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang
berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan
medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah
tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Bising usus mungkin meningkat atau juga normal.
5. Makanan / Cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah,
penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah,
pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan
penggunaan diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi
abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higyene
a.
Gejala :
Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b.
Tanda :
Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a.
Gejala : Kelemahan,
pening, episode pingsan.
b.
Tanda : Letargi,
perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri
abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit
danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk
atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat
penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
1)
Pernapasan : takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2)
Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin
batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3)
Sputum : Merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4)
Bunyi napas :
Mungkin tidak terdengar.
5)
Fungsi mental : Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6)
Warna kulit :
Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan/tonus
otot.
11. Interaksi Sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa
dilakukan.
12. Pembelajaran / Pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat
saluran kalsium.
b.
Tanda : Bukti
tentang ketidakberhasilan untuk meningkatkan.
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik.
2.
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
penurunan reflek batuk, penumpukan secret.
3.
Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
4.
Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas
5.
Penurunan
perfusi jaringan behubungan dngan penurunan O2 ke organ
6.
Nyeri berhubungan dengan hepatomegali, nyeri abdomen.
7.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya
laju filtrasi glomerulus, meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
8.
Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia & mual.
9.
Intoleran
aktivitas berhubungan dengan fatigue
10. Sindrom deficit perawatan diri berhubungan dengan sesak nafas
11. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan pitting edema.
12. Cemas berhubungan dengan sesak nafas, asites.
C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa
keperawatan :
1. Diagnosa
keperawatan : Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan tanda
vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan
bebas gejala gagal jantung.
Kriteria
hasil :
-
Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
-
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung
Intervensi :
-
Auskultasi nadi apical, observasi frekuensi, irama
jantung
-
Catat bunyi jantung.
-
Palpasi nadi nadi perifer
-
Pantau TD
-
Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
-
Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut.
-
Berikan oksigen tambahan dengan nasal kanula atau
masker sesuai indikasi.
2. Diagnosa
keperawatan : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek
batuk, penumpukan secret.
Tujuan :
-
Setelah diberikan askep diharapkan kepatenan jalan
nafas pasien terjaga dengan
Kriteria hasil :
-
RR dalam batas normal
-
Irama nafas dalam batas normal
-
Pergerakan sputum keluar dari jalan nafas
-
Bebas dari suara nafas tambahan
Intervensi :
-
Auskultasi bunyi nafas. Catat adanya bunyi nafas,
missal mengi, krekels, ronki.
-
Pantau frekuensi pernafasan. Catat rasio inspirasi dan
ekspirasi.
-
Diskusikan dengan pasien untuk posisi yang nyaman
misal peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
-
Dorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
-
Memberikan air hangat.
3. Diagnosa
keperawatan : Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan edema paru
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
dapat mempertahankan tingkat oksigen yang adekuat untuk keperluan tubuh.
Kriteria hasil :
-
Tanpa terapi oksigen, Sat O2 95 % dan klien tidak
mengalami sesak napas.
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Tidak ada tanda-tanda sianosis.
Intervensi :
Mandiri :
-
Kaji frekuensi,kedalaman pernafasan
-
Tinggikan kepala tempat tidur,bantu pasien untuk
memilih posisi yang mudah untuk bernafas.dorong nafas dalam secara perlahan
sesuai dengan kebutuhan/toleransi individu.
-
Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membrane
mukosa.
-
Auskultasi bunyi nafas,catat area penurunan aliran
udara /bunyi tambahan.
-
Awasi tingkat kesadaran/status mental.selidiki adanya
perubahan.
-
Awasi tanda vital dan irama jantung
Kolaborasi :
-
Awasi /gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri.
-
Berikan oksigen tambahan yang sesuai dengan indikasi hasil GDA dan toleransi
pasien.
4. Diagnosa
keperawatan : Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pola
nafas efektif
Kriteria hasil :
-
RR Normal
-
Tak ada bunyi nafas tambahan dan penggunaan otot bantu
pernafasan
-
GDA normal.
Intervensi :
-
Monitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi
dada.
-
Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot Bantu
nafas
-
Auskultasi bunyi nafas dan catat bila ada bunyi nafas
tambahan
-
Kolaborasi pemberian Oksigen dan px GDA
-
Pantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi,
pernafasan)
5. Diagnosa
keperawatan : Penurunan perfusi jaringan
behubungan dngan penurunan O2 ke organ
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan gangguan perfusi
jaringan berkurang / tidak meluas selama dilakukan tindakan perawatan di RS
dengan
Kriteria hasil :
-
Daerah perifer hangat
-
Tak sianosis
-
Gambaran EKG tak menunjukan perluasan infark
-
RR 16-24 x/ menit
-
Tidak terdapat clubbing finger kapiler refill 3-5
detik
-
Nadi 60-100x / menit
-
TD 120/80 mmHg
Intervensi :
-
Pantau TD, catat adanya hipertensi sistolik secara
terus menerus dan tekanan nadi yang semakin berat.
-
Pantau frekuensi jantung, catat adanya Bradikardi,
Tacikardia atau bentuk Disritmia lainnya.
-
Pantau pernapasan meliputi pola dan iramanya.
-
Catat status neurologis dengan teratur dan bandingkan
dengan keadaan normalnya.
6. Diagnosa
keperawatan : Nyeri berhubungan dengan hepatomegali, nyeri abdomen.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan nyeri
dada hilang atau terkontrol.
Kriteria hasil :
-
Pasien mampu mendemonstrasikan penggunaan teknik
relaksasi.
-
Pasien menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan
mudah bergerak.
Intervensi :
Mandiri :
-
Pantau atau catat karakteristik nyeri, catat laporan
verbal, petunjuk nonverbal, dan respon hemodinamik (meringis, menangis,
gelisah, berkeringat, mencengkeram dada, napas cepat, TD/frekwensi jantung
berubah).
-
Ambil gambaran lengkap terhadap nyeri dari pasien
termasuk lokasi, intensitas (0-10), lamanya, kualitas (dangkal/menyebar), dan
penyebarannya.
-
Observasi ulang riwayat angina sebelumnya, nyeri
menyerupai angina, atau nyeri IM. Diskusikan riwayat keluarga.
-
Anjurkan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera.
-
Berikan lingkungan yang tenang, aktivitas perlahan,
dan tindakan nyaman (mis,,sprei yang kering/tak terlipat, gosokan punggung).
Pendekatan pasien dengan tenang dan dengan percaya.
-
Bantu melakukan teknik relaksasi, mis,, napas
dalam/perlahan, perilaku distraksi, visualisasi, bimbingan imajinasi.
-
Periksa tanda vital sebelum dan sesudah obat narkotik.
Kolaborasi :
-
Berikan obat sesuai indikasi, contoh:
×
Antiangina, seperti nitrogliserin (Nitro-Bid,
Nitrostat, Nitro-Dur).
×
Penyekat-B, seperti atenolol (tenormin); pindolol
(visken); propanolol (inderal).
×
Analgesik, seperti morfin, meperidin (demerol)
×
Penyekat saluran kalsium, seperti verapamil (calan);
diltiazem (prokardia).
7. Diagnosa
keperawatan : Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju
filtrasi glomerulus, meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan keseimbangan
volume cairan dapat dipertahankan selama dilakukan tindakan keperawatan selama
di RS
Kriteria hasil:
-
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan
oleh : tekanan darah dalam batas normal, tak ada distensi vena perifer/ vena
dan edema dependen, paru bersih dan berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Intervensi :
-
Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat
dimana diuresis terjadi.
-
Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran
selama 24 jam.
-
Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi
semifowler selama fase akut.
-
Pantau TD dan CVP (bila ada)
-
Kolaborasi pemberian diuretic sepert furosemid (lasix,
bumetanide (bumex).
8. Diagnosa
keperawatan : Gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia & mual.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kebutuhan
nutrisi tubuh terpenuhi setelah pasien dilakukan tindakan keperawatan di RS.
Kriteria hasil :
-
Pasien menghabiskan porsi diet yang disediakan
-
RR Normal
-
Tak ada bunyi nafas tambahan
-
Penggunaan otot bantu pernafasan
Intervensi :
-
Observasi kebiasaan diet, masukan makanan saat ini.
Catat derajat kesulitan makan.
-
Evaluasi berat badan dan ukuran tubuh.
-
Auskultasi bunyi usus
-
Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan
wadah khusus untuk sekali pakai dan tissue.
-
Berikan makanan porsi kecil tapi sering
-
Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat.
-
Hindari makanan yang sangat panas atau sangat dingin.
-
Timbang berat badan sesuai indikasi
9. Diagnosa
keperawatan : Intoleran aktivitas berhubungan
dengan fatigue
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
terjadi peningkatan toleransi pada klien setelah dilaksanakan tindakan
keperawatan selama di RS
Kriteria
hasil :
-
Frekuensi jantung 60-100 x/ menit
-
TD 120-80 mmHg
Intervensi :
-
Kaji respon pasien terhadap aktifitas, perhatikan
frekuensi nadi lebih dari 20 kali permenit diatas frekuensi istirahat ;
peningkatan TD yang nyata selama/ sesudah aktifitas (tekanan sistolik meningkat
40 mmHg atau tekanan diastolik meningkat 20 mmHg) ; dispnea atau nyeri
dada;keletihan dan kelemahan yang berlebihan; diaforesis; pusing atau pingsan.
-
Instruksikan pasien tentang tehnik penghematan energi,
mis; menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat
gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan.
-
Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan
diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
10. Diagnosa
keperawatan : Sindrom defisit perawatan diri berhubungan dengan sesak nafas
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan
terdapat perilaku peningkatan dalam pemenuhan perawatan diri dengan
Kriteria
hasil :
-
klien tampak bersih dan segar
-
Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan
batas kemampuan
-
Klien dapat memenuhi kebutuhan toileting sesuai
toleransi
Intervensi :
-
Observasi kemampuan
untuk melakukan kebutuhan sehari-hari
-
Pertahankan dukungan,sikap yang tegas. Beri pasien
waktu yang cukup untuk mengerjakan tugasnya.
-
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang
dilakukan atau keberhasilannya.
-
Berikan pispot di samping tempat tidur bila tak mampu ke kamar mandi.
-
Letakkan alat-alat makan dan alat-alat mandi dekat
pasien.
-
Bantu pasien melakukan perawatan dirinya apabila
diperlukan.
11. Diagnosa
keperawatan : Kerusakan integritas
kulit berhubungan dengan pitting oedema.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit tidak terjadi
Kriteria
hasil:
-
Klien dapat mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah
kerusakan kulit.
-
Integritas kulit dapat dipertahankan dan diperbaiki
Intervensi :
-
Ubah posisi sering ditempat tidur/ kursi, bantu
latihan rentang gerak pasif/aktif.
-
Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan
kelembaban/ ekskresi.
-
Periksa sepatu kesempitan/ sandal dan ubah sesuai
dengan kebutuhan.
-
Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema,
area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
-
Pijat area kemerahan atau yang memutih
12. Diagnosa
keperawatan : Cemas berhubungan dengan sesak
nafas, asites.
Tujuan :
-
Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan pasien
menyatakan penurunan cemas
Kriteria hasil :
-
Pasien dapat mengenal perasaannya
-
Pasien dapat mengidentifikasi penyebab dan faktor yang
mempengaruhinya secara tepat
-
Pasien dapat mendemonstrasikan pemecahan masalah
positif.
Intervensi :
Mandiri :
-
Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap
ancaman/situasi. Dorong pasien mengekspresikan dan jangan menolak perasaan
marah, kehilangan, takut, dll.
-
Catat adanya kegelisahan, menolak, dan/atau menyangkal
(afek tak tepat atau menolak mengikuti program medis).
-
Mempertahankan gaya percaya (tanpa keyakinan yang
salah).
-
Observasi tanda verbal/non verbal kecemasan pasien.
Lakukan tindakan bila pasien menunjukkan perilaku merusak.
-
Terima penolakan pasien tetapi jangan diberi penguatan
terhadap penggunaan penolakan. Hindari konfrontasi.
-
Orientasi pasien atau orang terdekat terhadap prosedur
ruyin dan aktivitas yang diharapkan. Tingkatkan partisipasi bila mungkin.
-
Jawab semua pertanyaan secara nyata. Berikan informasi
konsisten; ulangi sesuai indikasi.
-
Dorong pasien atau orang terdekat untuk
mengkomunikasikan dengan seseorang, berbagi pertanyaan dan masalah.
Kolaborasi :
-
Berikan anticemas/hipnotik sesuai indikasi contoh,
diazepam (valium); fluarazepam (dalmane); lorazepam (ativan)
D. EVALUASI
Diagnosa 1 :
-
Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
-
Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja
jantung
Diagnosa 2 :
-
RR dalam batas normal
-
Irama nafas dalam batas normal
-
Pergerakan
sputum keluar dari jalan nafas
-
Bebas dari
suara nafas tambahan
Diagnosa 3 :
-
Tanpa terapi oksigen, Sat O2 95 %
-
Tanda-tanda
vital dalam batas normal
-
Tidak ada
tanda-tanda sianosis.
Diagnosa 4 :
-
RR Normal ,
-
Tak ada bunyi
nafas tambahan dan penggunaan otot Bantu pernafasan.
-
GDA Normal
Diagnosa 5 :
-
RR 16-24 x/ menit tak terdapat clubbing finger kapiler
refill 3-5 detik, nadi 60-100x / menit.TD120/80mmHg
-
Daerah perifer hangat
-
Tak sianosis
-
Gambaran EKG
tak menunjukan perluasan infark
Diagnosa 6 :
-
Pasien mampu
mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi.
-
Pasien
menunjukkan menurunnya tegangan, rileks dan mudah bergerak.
Diagnosa 7 :
-
Mempertahankan keseimbangan cairan seperti dibuktikan
oleh tekanan darah dalam batas normal
-
Tak ada distensi vena perifer/ vena dan edema dependen
-
Paru bersih
-
Berat badan ideal ( BB idealTB –100 ± 10 %)
Diagnosa 8 :
-
Pasien menghabiskan porsi diet yang disediakan
-
Penggunaan otot bantu pernafasan.
-
RR Normal
-
Tak ada bunyi nafas tambahan
Diagnosa 9 :
-
Frekuensi
jantung 60-100 x/ menit
-
TD 120-80 mmHg
Diagnosa 10 :
-
Klien tampak bersih dan segar
-
Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisi sesuai dengan
batas kemampuan
-
Klien dapat memenuhi kebutuhan toileting sesuai
toleransi
Diagnosa 11 :
-
Klien dapat Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah
kerusakan kulit.
-
Integritas kulit dapat dipertahankan dan diperbaiki
Diagnosa 12 :
-
Mengenal perasaannya
-
Mengidentifikasi penyebab dan faktor yang
mempengaruhinya secara tepat.
-
Mendemonstrasikan pemecahan masalah positif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar